Rabu, 07 Desember 2011

Hembusan Nafas



Nafas naga berhembus dari diri-diri yang kesal
Mengapa tak terpikir untuk lepas setelah lama bernafas?
Tak bosankah kamu akan siksa di samsara?
Tak jenuhkah kamu selalu turut apa yang dunia perintahkan ke kamu?

Suara-suara kebodohan diri sendiri yang kamu sebut setan
Setan yang tak pernah ada di hatimu kecuali keengganan
Keengganan kamu untuk bertumbuh
Melepas ego, itulah bertumbuh

Tak kesalkah kamu akan suara-suara yang mendiktemu?
Tak maukah kamu untuk kembali kepada kebebasan?
Mengapa enggan untuk melihat ke dalam?
Bahagiakah kamu di samsara yang nyata?

Ketidaktahuan karena keengganan
Keengganan untuk berbeda dari imla dunia
Keengganan melangkah ke yang tak sementara
Keengganan mempertanyakan apa itu yang nyata

Sudah-sudahlah usailah tangismu
Sudahilah semua deritamu
Mulailah melihat cermin besar yang kau sebut dunia
Jika pantulannya buruk, siapakah yang bertanggung jawab?
Baca selengkapnya - Hembusan Nafas

Selasa, 29 November 2011

Cuma Ngetik


Pagi yang indah di hari yang tidak begitu cerah
Hujan kemarin masih membuat jalanan basah
Apa aku punya kata lain selain terserah
Melepas kebodohan supaya tidak marah

Satu hari, dulu lama sekali
Di mana ambisi menyiksa diri
Ego menjadi raja
Dan aku hanyalah hamba

Pikiran kalut cabangnya banyak
Membuat keinginan untuk keinginan
Kepala dan dadaku terbakar tersiram minyak
Tanpa upaya hanya dalam lamunan

Masalahku berkurang banyak
Cuma kamu yang paling berat
Tinggalkan pikiranku supaya aku tidur nyenyak
Ngangenin kamu buatku penat

Yang lain terserah terserahlah
Datang datanglah pergi pergilah
Jika suka lepaskanlah
Jika benci lepaskanlah

Belajar membaca setumpuk buku
Aku jauh lebih tahu dari perbuatan
Melatih diri secepat waktu
Aku berlatih melepas keinginan

Tugasku mengurangi hasrat
Banyak perhatian apalah tujuan
Sedikit pikiran adalah baik
Memenuhi nafsu tiada kekuatan

Tugasku adalah melepas
Melepas kesukaan melepas kebencian
Hidup ini supaya terlepas
Aku lelah akan ketidak tahuan

Baca selengkapnya - Cuma Ngetik

Rabu, 07 September 2011

Biarkan Saja

Jangan takut akan gempa, gempanya pasti kan ada
Jangan takut malam, esok kan ada pagi
Jangan takut akan sakit, kau kan tahu nikmatnya sehat
Jangan takut akan mati, jiwa akan selalu hidup


Jika nanti kan turun hujan, biarkanlah
Jika nanti waktu kan mengubah, biarkanlah
Jika saat belum tiba, biarkan sampai tiba
Jika tujuan belum terlihat, tetaplah berjalan

Apa guna menyembunyikan dusta, hanya menunda ketahuannya
Apa guna takut kan siksa, jika pasti, maka kan terjadi

Raihlah apa yang kau raih
Lepaskan yang bukan milikkmu

Jika kau dapat mengubahnya, ubahlah
Jika kau tak dapat berbuat apa-apa, diamlah, tenang saja

Datang dan pergi, seperti itu terjadinya
Ketakutanmu hanyalah tipuan
Tipuan tak mampu memanipulasi yang hakiki

Tak usah cemaskan apa yang belum
Tak usah sesalkan apa yang sudah

Nimatilah ini, kau di sini, saat ini

Biarkan air mengalir
Dan daun jatuh ke tanah
Yang sudah saatnya mati, lepaskanlah
Yang lahir, sambutlah dengan cinta

Apa yang sudah harus pergi, biarkan terganti
Apa yang tak terganti, biarkan saja

Penuhi hari dengan cinta
Lihatlah sekeliling dengan cinta

Jadilah kebahagiaan
Jadilah cinta

Bersama yang tak terganti
Bersama yang bukan datang dan pergi

Kau buka jendela, udara masuk
Kau biarkan terbuka, udara keluar
Apakah buruk?
Apakah baik?

Yang baik atau buruk, biarkanlah
Yang benar melampaui keduanya

Apakah sakit yang kau rasa?
Apa yang menyakitkan?
Hanya ketidaktahuan membuatnya begitu

Lepaskanlah apa yang kau selalu ingin bersama
Lepaskanlah kebencian apa yang selalu kau harap pergi

Penuhi semua dengan cinta
Jadilah yang tak bersyarat


Teddy Amry
Baca selengkapnya - Biarkan Saja

Minggu, 04 September 2011

Kepalaku Yang Penuh Dengan Debu


Salju tak membersihkan saat air tak ada
Angin membawa sampah masuk ke rumah pemuda
Sendiri menciptakan petaka
Di kegelapan senja melihat tali sebagai naga

Pikiran yang aku cipta sungguh bencana
Dengannya aku menutupi cahaya dengan maya
Keinginan yang aku cipta saat ingin berbeda
Dengan mereka ku mencungkil mata

Sungguh kotor saat aku buta
Berjalan melukai kaki di atas lantai yang penuh pecahan kaca
Saat Buddha menunjukkan arah
Kini terserah kemana aku melangkah


Teddy Amry
Baca selengkapnya - Kepalaku Yang Penuh Dengan Debu

Jumat, 21 Januari 2011

Malam di Jiwa Yang Tenang


Sapuan kuas yang mewarnai lukisan

Menyatakan pikiran dalam gambaran


Suhu yang biasa suasana terasa
Tiada teriakan tiada siksa


Malam seperti malam-malam sebelumnya
Keadaan berbeda karena jiwa
Jiwa yang tenang tiada berduka


Jika takut menghampiri, sambutlah
Dia kan pergi
Jika sedih menghampiri, sambutlah
Dia kan pergi
Jika rindu menghampiri, sambutlah
Dia kan pergi
Jika semua duka itu terasa, rasakanlah
Rasakan sejelasnya, mereka kan pergi


Mereka itu tiada, melainkan ilusi
Maka bukalah pintu untuk udara baru masuk
Mereka kan terganti


Jiwa yang tenang, damai, adakah suka di sana?
Jika suka hanya sementara, adakah yang lebih berharga?


Ketika kau bersihkan jelaga dari kepala
Tiada kata yang dapat melukiskannya
Ketika matamu bersih dari halusinasi
Tiada apa-apa di sana dan di sini


Mengapa menginginkan sesuatu yang telah ada di sini
Bukalah semua penutupnya
Kau akan melihat keindahan itu


Seperti tubuh terlindung hujan
Tak perlu mencari air di bungkusan
Keluarkan tangan, rasakan tetesan


Tiada mengharap tiada menolak
Hanya berpikir maka kau temui


Tiada terikat tipuan
Tiada melekat keinginan


Tiada mengharap tiada menolak
Hanya mengijinkannya, merasakan dan menyambutnya


Hanya membayangkan apa yang dipilih


Hanya memilih, hanya memutuskan
Tiada mengharap tiada menolak
Maka terimalah


Tiada beban, tiada kemelekatan
Tiada duka, tiada siksa


Tiada mengharap tiada menolak
Hanya berpikir dan memutuskan



Tiada beban, tiada kemelekatan
Tiada duka, tiada siksa

Tiada mengharap tiada menolak
Hanya berpikir dan memutuskan
Baca selengkapnya - Malam di Jiwa Yang Tenang